Jurusan Antropologi
Foklor Nagari Peradaban
(Nagari Maek Kecamatan Bukit Barisan Kabupaten Lima Puluh Kota
Provinsi Sumatera Barat)
Dosen Pembimbing :
- Yunarti, M.Hum
- Sidarta Pujiraharjo S.Sos, M.Hum
Disusun Oleh :
Kelompok 3
- Tresno (1310821017)
- Fini Novita (1310821023)
- Connie Crismatari R.M (1310821008)
- Silviana (1310821012)
- Deden Kurnia (1310821010)
- Mutiara Anisa Gigedi (13108210 )
- Wella Bastia Pradita (13108210
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Andalas
2015
Kata Pengantar
Dengan Mengucap Puji Syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat Rahmat dan karunia-Nya akhirnya kami para penulis dapat menyelesaikan laporan Kuliah Lapangan tentang Nagari Maek Peradaban Tua Yang Hilang Kecamatan Bukit Barisan Kabupaten Lima Puluh Kota Prov. Sumatera Barat.
Tulisan berbentuk deskripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh untuk dapat menyelesaikan salah satu mata kuliah Foklore Jurusan Antropologi di Universitas Andalas.
Adapun yang menjadi obyek penlitian kali ini adalah Masyarakat di Foklore dan Sejarah Menhir yang ada di Nagari Maek Kecamatan Bukit Barisan Kabupaten Lima Puluh Kota Prov. Sumatera Barat
Kami selaku pembuat laporan ini menyadari benar bahwa penyajian laporan Kuliah Lapangan ini masih jauh dari sempurna, hal ini disebabkan pengetahuan dan pengalaman kami yang terbatas.
Dalam penyusunan laporan ini kami banyak mendapat bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih kepada :
- Yunarti M.Hum dan Bapak Sidarta Pujihararjo S.Sos, M.Hum selaku pengampu matakuliah Foklore yang telah memberikan arahan dan petunjuk baik pada saat kuliah maupun proses kuliah lapangan berlangsung.
- Ibu Dra. Ermayanti, M.Si sebagai ketua jurusan antropologi Universitas Andalas.
- Teristimewa buat teman-teman kelompok lima yang telah kerjasama melakukan penelitian dan penyusunan Laporan Kuliah Lapangan ini.
- Wali Nagari Maek yang telah mengizinkan kami melakukan kuliah lapangan di daerah tersebut.
- Dan Bapak yang telah memberikan fasilitas penginapan dan memberikan informasi kondisi mengenai nagari Maek.
Kami penulis semoga laporan kuliah lapangan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang menaruh minat pada laporan Kuliah Lapangan yang kami teliti. Saran dan keritikan sangat diharapkan demi kesempurnaan dimasa yang akan datang. Semoga penulisan hasil kuliah lapangan ini bermanfaat bagi semuanya. Aamiin.
Padang, Mei 2015
Tim Penulis
Daftar Isi
Halaman Sampul……………………………………………………………………………………
Kata Pengantar………………………………………………………………………………………
Daftar Isi…………………………………………………………………………………………….
Abstrak………………………………………………………………………………………………
BAB 1.PENDAHULUAN………………………………………………………………………….
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………………….
1.2 Masalah Penelitian ……………………………………………………………………………..
1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………………………………….
BAB 2. DESKRIPSI UMUN LOKASI………………………………………………………….…
2.1 Sejarah Nagari Maek dan Sejarah Menhir……………………………………………………….
2.2 Demografi Penduduk……………………………………………………………………………
2.2.1 Jumlah Penduduk dan Suku yang berada di Nagari Maek….………………………..
2.2.2 Sistem Mata Pencahrian……………………..………………………………………..
2.2.3 Keadaan Alam dan Iklim……………………………………………………………..
2.3 Foklor Lisan…………………………………………………………………………………….
2.3.1 Lagenda, Dongeng dan Mitos Nagari Maek………………………………………….
2.3.1.1 Lagenda……………………………………………………………………..
2.3.1.2 Mitos………………………………………………………………………..
2.3.2 Bahasa, Teka-Teki dan Puisi Masyarakat Maek ……………………………………..
2.4 Foklor Sebagian Lisan………………………………………………………………………….
2.4.1 Permainan Rakyat,Kesenian Rakyat………………………………………………….
2.4.1.1 Permainan Rakyat…………………………………………………………..
2.4.1.2 Kesenian Rakyat……………………………………………………………
2.5 Foklor Bukan Lisan……………………………………………………………………………..
2.5.1 Pengobatan Tradisional dan Kuliner………………………………………………….
2.5.1.1 Pengobatan Tradisional……………………………………………………..
2.5.1.2 Kuliner………………………………………………………………………
BAB 3. KESIMPULAN……………………………………………………………………………
Daftar Pustaka………………………………………………………………………………………..
Lampiran-Lampiran.…………………………………………………………………………………
Abstrak
Foklor Nagari Peradaban (Nagari Maek Kecamatan Bukit Barisan Kabupaten Lima Puluh Kota Provinsi Sumatera Barat). Maek adalah suatu daerah yang terletak di daerah Kecamatan Bukit barisan Kabupaten 50 Kota Sumatera Barat. Nagari maek merupakan nagari peradaban tertua di sumatera barat dengan dibuktikan menhir yang tersebar di tiap-tiap jorong dan saat ini jumlah menhir lebih dari 1000 menhir yang diperkirakan telah berusia 3000 SM. Selain berbagai menhir banyak hal yang menarik di nagari ini, seperti halnya foklor yang masih dipercayai oleh masyarakat nagari maek. Dengan melihat sejarah nagari ini tidak dipunkiri berbagai foklor dapat ditemukan dalam masyarakat. Seperti halnya foklor lisan, foklor sebagian lisan dan foklor bukan lisan.
Semua hal itu sangat berkaitan dengan kehidupan yang mengatur masyarakat maek. Berbagai hal yang masih saat ini betahan dalam masyarakat Nagari Maek. Yang merupakan bagian dalam kehidupan salah satunya foklor. Masyarakat Nagari Maek masih memegang teguh akan adat-istiadat yang telah diturunkan sejak zaman purba. Baik itu secara asal-muasal nagari maek, kesenian maek, sitem pengobatan masyarakat maek dan berbagai hal lainya. Setidaknya dengan melihat nagari maek ini kita dapat mempelajari kehidupan masyarakat Nagari Maek dengan mengetahui foklor yang ada di mak, baik itu foklor lisan, sebagian lisan, dan bukan lisan.
Existensi foklor daerah setempat dengan perkembangan zaman yang semakin hari semakin maju. Kemungkinan suatu saat foklor yang ada di nagari maek akan sedikit-demi sedikit terlupakan. Setidaknya dengan pengumpulan foklor yang ada di Nagari Maek kita akan tahu fungsi dan pentingnya akan foklor yang ada dalam suatu daerah. Dengan mengenal foklor daerah tersebut kita akan tahu akan adat-istiadat orang-orang setempat dan tata cara kehidupan yang digunakan dari dulu hingga sekarang yang masih saja dipertahankan. Data ini kami dapatkan melalui, wawancara,genologi, dan observasi partisipatif.
Keyword : Nagari Peradaban, Foklor Lisan, Foklor Sebagian Lisan, dan Foklor Bukan Lisan
BAB 1. PENDAHULUAN
Foklor sebagai suatu disiplin atau cabang ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri di Indonesia. Foklor terdiri dari dua kata dasar yaitu folk yang artinya dengan kata kolektif. Menurut Alan Dundes folk adalah sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik,social,dan kebudayaan sehingga dapat dibedakan dengan kelompok lainya ciri-ciri pengenal itu dapat dibedakan dari kelompok-kelompok lainya. Ciri-ciri pengenal itu antara lain dapat berwujud warna kulit yang sama, bentuk rambut yang sama, mata pencahrian yang sama, Bahasa yang sama, taraf pendidikan yang sama, dan agama yang sama namun yang lebih penting lagi mereka telah memilii tradisi yakni kebudayaan yang mereka warisi turun menurun sedikitnya dari dua generasi yang dapat mereka akui sebagai milik bersamanya (Dundes, 1965:2; 1977:17-35; 1978:7). Sedangkan lore adalah tradisi folk yaitu sebagian kebudayaan yang diwarisi secara turun menurun secara lisan atau melalui sesuatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alay pembantu pengingat (Danandjaja 2002:2).
Namun pada saat ini penelitian mengenai folklore itu sangat kurang dilakukan khusunya di Indonesia padahal dengan melihat kondisi Indonesia yang memiliki suku yang beragam, agama yang beragam, pola hidup dan mata pencarian yang beragam menjadikan Indonesia akan kaya kebudayaanya. Setidaknya dengan mengumpulkan foklor yang ada di Indonesia khususnya di Nagari Maek baik itu foklor lisan,sebagian lisan, dan bukan lisan membuat kita belajar akan penting untuk melestarikan akan kebudayaan yang telah diturunkan dari generasi kegenarsi dalam masyakat tersebut.
Mengidentifikasi foklor yang ada dalam masyarakat kita akan tahu fungsi dari foklor yang sebagimana menurut William R. Bascom. Seorang guru besar emiretus dalam ilmu foklor di universitas Kalifornia di Barkeley yang telah almarhum ada empat, yaitu : (a) sebagai sitem proyeksi yaitu sebagai alat pencermin angan-angan suatu kolektif, (b) sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan, (c) sebagai alat pendidikan anak-anak, (d) sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu dipatuhi anggota kolektifnya (Bascom, 1965:3:20 dalam Danandjaja, 2002:19). Selain itu juga Nagari Maek terkenal dengan menhir peninggalan zaman megalitikum namun masih banyak belum mengetahui akan sejarahnya dengan penelitian kami ini untuk mengetahui sejarah peninggalan Menhir di Nagari Maek. Untuk mendapatkan informasi tersebut kami mengunakan metode wawancara,genologi dan Observasi Partisipatif.
Melihat perkembangan zaman yang semakin lama semakin canggih. Banyak hal-hal yang telah dilupakan dalam masyarakat salah satunya adalah foklor yang semakin lama semakin hilang akibat perkembangan zaman. Nagari Maek merupakan nagari peradaban di Sumatera Barat tidak dipungkiri dengan dibuktikan menhir dan tulang manusia purba yang ada tersebar di jorong Nagari Maek. Dengan begitu berbagai hal yang akan dibahas dalam penelitian kamin ini. Baik itu pengumpulan dan pendokumentasian foklor lisan, foklor sebagian lisan dan foklor bukan lisan.
- Mengetahui Sejarah Nagari Maek dan Menhir.
- Mengetahui dan mengumpulkan Foklor Lisan.
- Mengetahui dan mengumpulkan Foklor Sebagian Lisan.
- Mengetahui dan Mengumpulkan Foklor Bukan Lisan.
BAB 2. DESKRIPSI UMUM LOKASI
2.1 Sejarah Nagari Maek dan Sejarah Menhir
Maek adalah suatu daerah yang terletak di daerah Kecamatan Bukit barisan,Kabupaten 50 Kota Sumatera Barat. Nagari Maek memiliki luas lebih kurang 115,92 Km2. Nagari Maek ini dikelilingi oleh perbukitan yang sanga luas yang menurut penduduk dan ahli antropologi maek dulunya merupakan lautan yang kini telah menjadi daratan. Di Nagari ini terdapat tiga aliran Sungai yang dikenal dengan nama Sungai Batang Mahat yang membentang ditengah-tengah Nagari dari Barat ke timur Hingga bermuara di Kecamatan Pangkalan dan mengalir tenang hingga ke Kecamatan 13 koto Kampar,Kabupaten kampar ,Sungai yang kedua adalah Sungai Batang Pinawan Sungai ini membentang di dilereng Bukit Pinawan pada hulu sungai ini terdapat Air Terjun yang sangat indah dengan ketinggian lebih kurang 1 Km dari dataran Mahat. Keindahan Air terjun ini bisa di lihat dari segala sudut nagari Mahat Sungai ini memiliki bentuk air yang unik yaitu berbentuk air the keemasan Sungai Penawan ini juga bermuara Ke Kecamatan pangkalan,Kabupaten 50 Kota. Sungai berikutnya adalah Sungai yang mengalir di daerah Jorong nenan yang di kenal dengan nama Sungai Batang Nenan .Sungai merupakan pecahan dari sungai batang Pinawan dimana pada hulu sungai ini terbelah menjadi dua bagian akibat adanya bukit Penawan sehingga Sungai batang nenan ini aliranya jatuh ke jorong Nenan mahat dan Sungai batang Pinawan mengalir terjun setinggi 1 Km ke daerah jorong Koto Tinggi III Nagari Mahat. Sungai Batang Nenan ini Juga bermuara ke Kecamatan Pangkalan Hingga mengalir Ke Kampar yang merupakan air yang mengisi waduk PLTA Koto Panjang. Selain sungai yang ada di Nagari Maek terdapat juga peninggalan zaman megalitikum yang berupa menhir. Menhir yang diperkirakan telah ada sejak 3000 SM , saat ini Menhir yang berada di Nagari maek lebih dari 1000 menhir namun yang telah teridentifikasi dan dilindungi sebanyak 800 menhir. Menhir yang telah dilindungi dan menjadi cagar budaya dalam BPCB yaitu sebanyak 4 cagar budaya :
- Situs Balai-Balai Batu Koto Gadang Maek, dimana terdapat sebanyak 64 buah menhir dalam berbagai ukuran serta ada empat buah batu yang disebut dengan batu pembagian niniak nan barampek., yaitu : atuak Maharajo Indo ,Dt. Siri ,Dt.Bandaro dan Dt Rajo Dubalai.
- Situs Menhir Ronah, Disini dijumpai situs Menhir di empat tempat yang jumlahnya mencapai 96 buah dan dua buah kuburan tua yang disebut masyarakat setempat Kuburan Bilo Maso. Salah satu peninggalam Islam beberapa mesjid Tua tak jauh dari pasar Ronah. Dilokasi ini dijumpai pula batu Galombai dan Batu sampan.
- Situs Menhir Bawah Parit Kototinggi, disini dijumpai situs Menhir sebanyak 384 buah dan satu peti batu. Pada situs Bawah Parit ini disudut barat terdapat sebuah batu dakon dengan lubang 12 buah. .
- Situs Sopan Gadang Padang Hilalalang , disini terdapat tiga lokasi situs menhir Ditepi Batang Mahat seperti muara Batang siung ditemukan batu jajak ayam, batu Tapak serta sebuah Tapak Candi. Dijorong ini juga ditemukan sebuah tambatan yang diduga sebagai pelabuhan dulukala. Dan masih banyak lagi menhir yang belum diidentifikasi.
Namun sejarah mengenai menhir mulai terlupakan dalam masyarakat, dikarenakan di nagari maek terdapat tiga peradaban yaitu peradaban megalitikum (zaman purba),peradaban candi, dan peradaban manusia masa kini dan inilah paeradaban ketiga yang saat ini tinggal di Nagari Maek. Dimana pada masa peradaban manusia sekarang yang dimaek mengenai sejarah menhir tidak terjadi turun menurun ke sebagian masyarakat, sehingga sebagian masyarakat tidak tahu asal muasal menhir di Nagari Maek.
Berdasarkan tambo Wilayah Kecamatan Bukik Barisan ini merupakan bagian Hulu dari Kampar Kanan yang disebut “ Di Hulu Tungku nan Tigo “( Limbanang,Koto Laweh, Koto Tangah, Koto Tingi, Sungai Dadok, Sungai Naniang) dan Maek sebagai pematang Ranah Koto Kampar. Ninik nan Barampek dari Kampar Kanan adalah Dt. Bandaro di Maek, Dt. Majo Indo di Koto Laweh, Dt. Siri di Mungka dan Dt. Rajo Dubalai di Muaro Takus.
Menhir di Nagari Maek memiliki 3 fungsi yaitu :
- Fungsi Kuburan dengan dibuktikan terdapat bekas/fosil tulang dalam menhir
- Fungsi penghormatan dan status dimana sekian banyak menhir meimiliki bentuk yang berbeda-beda ada yang memiliki ukuran tinggi yang berarti status social tinggi seperti kelas bangsawan/Kerajaan dan memiliki ukuran yang rendah/kecil berarti status social yang rendah seperti masyarakat biasa pada waktu iu sehingga ukuran tersebut melihatkan keadaan social dalam masyarakat Nagari Maek
- Fungsi Kepercayaan dengan melihat batu yang mengarah ke gunung sago.
2.2 Demografi Penduduk
2.2.1 Jumlah Penduduk dan Suku yang berada di Nagari Maek
Daerah yang berupa lembah subur dan berpenduduk 14 ribu jiwa lebih. Mata pencarian utama penduduk bertani dan beternak. Daerah ini termasuk penghasil gambir di kabupaten Lima Puluh Kota. Nagari Maek 122,06 Km2 (41,5%) terdiri dari 12 Jorong , yaitu :(a) Koto Gadang, (b) Sopan Tanah, (c)Bungo Tanjuang,(d)Aur Duri, (e)Ampang Gadang I, (f)Ampang Gadang II, (g)Koto Tinggi I, (h)Koto Tinggi II, (i)Koto Tinggi III, (j)Ronah, (k) Sopan Gadang,(l) Nenan di ke 12 jorong tersebut terdapat 6 suku yaitu suku Melayu, Suku Kampai, Suku mandailing, Suku Koto, Suku Caniago, dan Suku Jawa
2.2.2 Sistem Mata Pencahrian
Kecamatan Bukik Barisan mempunyai potensi yang dapat diandalkan dalam peningkatan ekonomi masyarakat, dari total luas sawah 1.611 Ha yang diperkirakan luas panen 3.877Ha dengan kisaran produksinya 16.245 ton GKG setiap tahun, tanaman lainnya adalah Ubi kayu dan jagung dengan produksi pertahun 504 ton dan 146 ton. Luas pertanaman perkebunan utama adalah gambir 2.635 ha , kopi 186 ha, coklat 194 ha dan kelapa 123 ha.
Selain diperkebunan masyarakat juga berternak sapi yang merupakan hewan ternak besar yang paling banyak terdapat di Kecamatan Bukik Barisan. Populasi Sapi adalah 3.871 ekor ternak Kerbau 1.800 ekor , Kambing 1.402 ekor . Selain itu, jenis unggas yang paling banyak terdapat adalah Ayam Buras dengan populasi mencapai 37.500 ekor dan Itik 5.045 ekor dan Ayam petelur 800 ekor. Sementara luas Kolam adalah 53,38 ha dengan produksi 71,16 ton/tahun, luas penangkapan ikan diperairan umum dengan luas 35 ha dengan produksi 3,38 ton/tahun. Untuk menjual hasil bumi serta membeli keperluan rumah tangga di Nagari Mahek terdapat sebuah pasar yang berada di tengah-tengah nagari maek dengan nama pasar Ronah Maek yang hari pasarnya Senin dan Kamis. Di Nagari Koto Tangah juga mempunyai sebuah Pasar yang dikunjungi masyarakat setiap hari Jumat.Nagari Banja Laweh juga mempunyai pasar yang berada di Gantiang yang hari pasarnya Kamis. Nagari Sungai Naniang juga memiliki pasar yang diberi nama Pakan Akat.Sedangkan Nagari Baruah Gunuang juga memiliki sebuah pasar yang diberi nama Pakan Rabaa Baruah Gunuang.
2.2.3 Keadaan Alam dan Iklim
Nagari Maek ini dikelilingi oleh perbukitan yang sanga luas. Menurut penduduk dan ahli antropologi maek dulunya merupakan lautan yang kini telah menjadi daratan tidak dipungkiri iklim daerah ini adalah panas dimana daratan rendah yang dikeliling oleh perbukitan. Selain itu sawah yang terbentang,perpohonan pinang dan pohon gambir membuat desa ini dipagi hari Nampak indah dan sejuk.
Bukit-bukit yang memiliki nama seperti bukit gunung malintang, bukit paho ruso dan bukit pasuak yang uniknya bukit tersebut terdapat lagenda didalamnya. Seperti bukit pasuak dengan lobang besar ditengah-tengahnya membuat bukit ini semakin menarik dilihat sehingga Nampak langit dari bolong bukit tersebut. Di Nagari ini terdapat tiga aliran Sungai yang dikenal dengan nama Sungai Batang Mahat yang membentang ditengah-tengah Nagari dari Barat ke timur Hingga bermuara di Kecamatan Pangkalan dan mengalir tenang hingga ke Kecamatan 13 koto Kampar,Kabupaten kampar ,Sungai yang kedua adalah Sungai Batang Pinawan.Sungai ini membentang di dilereng Bukit Pinawan.Pada hulu sungai ini terdapat Air Terjun yang sangat indah dengan ketinggian lebih kurang 1 Km dari dataran Mahat. Keindahan Air terjun ini bisa di lihat dari segala sudut nagari Mahat.Sungai ini memiliki bentuk air yang unik yaitu berbentuk air the keemasan.
Sungai Penawan ini juga bermuara Ke Kecamatan pangkalan,Kabupaten 50 Kota. Sungai berikutnya adalah Sungai yang mengalir di daerah Jorong nenan yang di kenal dengan nama Sungai Batang Nenan .Sungai merupakan pecahan dari sungai batang Pinawan dimana pada hulu sungai ini terbelah menjadi dua bagian akibat adanya bukit Penawan sehingga Sungai batang nenan ini aliranya jatuh ke jorong Nenan mahat dan Sungai batang Pinawan mengalir terjun setinggi 1 Km ke daerah jorong Koto Tinggi III Nagari Mahat.Sungai Batang Nenan ini Juga bermuara ke Kecamatan Pangkalan Hingga mengalir Ke Kampar yang merupakan air yang mengisi waduk PLTA Koto Panjang. Air Terjun Sarasah Barasok (Sarosa Barasok) merupakan sebuah objek wisata yang terdapat di Kenagarian Maek, Kecamatan Bukik Barisan, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Tepatnya berada di kampung penulis sendiri. Nagari yang asri yang masih menyimpan banyak peninggalan sejarah dan keindahan serta kelestarian alamnya yang masih terjaga sampai hari ini. Nagari Maek masih menyimpan banyak kebudayaan dan sejarah para nenek moyang terdahulu yang hingga sekarang telah menjadi objek wisata alam yang indah. Air terjun ini terletak di Jorong Ampang Gadang Kenagarian Maek. Salah satu kendala untuk objek wisata ini adalah fasilitas jalan yang belum memadai, karena Air terjun ini terletak agak jauh dari pemukiman warga. Air terjun ini terletak dalam hutan rimba yang untuk mencapainya diperlukan waktu sekitar 3-4 jam perjalanan. Tetapi walaupun demikian lamanya perjalanan yang ditempuh untuk mencapainya. Salain pemandangan yang indah tadi terdapat beribu menhir di nagari ini membuat semakin menarik akan Nagari ini.
2.3 Foklor Lisan
2.3.1 Lagenda, Dongeng dan Mitos Nagari Maek
2.3.1.1 Lagenda
Asal Mula Peradaban Nagari Maek dan Nama Nagari Maek
Peradaban di maek sudah ada sejak zaman purba terbagi atas dua generasi yaitu yang pertama, generasi orang purba yang hidup jauh sebelum adanya kehidupan di tempat lain di daerah Minangkabau ini. Generasi kedua setelah perabadan purba itu punah maka datang kaum Yunani dan tinggal diantara batang maek yaitu koto tinggi dan koto godang dimana banyak terdapat menhir dan ditengah nya adalah perairan yaitu sungai yang sangat lebar dinamakan batang maek. orang yunani berhenti dikarenakan terhalang oleh bukit yang berada di sebelah utara dan menetap di daerah yang tinggi yaitu koto tinggi dan koto godang. Orang-orang tersebut mulai berkembang dan mempunyai banyak keturunan. Sehubungan dengan air batang maek pun mulai berangsur-angsur menyusut dan sungai mulai mengecil. Mereka mulai turun merambat ke arah batang maek karena mereka membutuhkan air untuk hidup. Ketika populasi sudah banyak maka ditemukan lah sistem struktur pemerintahan seperti kepala suku yang dituakan dan dihargai oleh semua anggota masyarakat yang ada di nagari maek tersebut.
Akibat air sungai yang mulai menyusut sehingga meungkinkan daerah untuk membuat pemukiman sehingga masyarakat nagari maek mulai semakin banyak. Seiring perkembangan zaman Nagari Meak mulai mengenal sistem tata kerajaan beserta adat dan diketuai oleh orang tertua yang dihargai oleh semua orang. Nama nagari maek berasal dari 2 pemikiran. Pertama yaitu kalau kata maek itu berasal dari kisah bahwa banyak nya batu menhir yang di paek atau dipahat, maka orang sering menyebutnya dengan maek maek maek. Kedua pada waktu batang maek masih berukuran sangat besar maka terdapat banyak ikan yang muncul ke permukaan dan di sana kegitan ikan tersebut disebut dengan istilah maeh maeh maeh, namun lama kelamaan disebut dengan kata maek. Terdengar bahwa terdapat Kerajaan Pagaruyuang yang telah membentuk sebuah kerajaan maka dengan itu beberapa orang dikirim kesana untuk membentuk sebuah kerja sama antar daerah dikarenakan pada saat itu di nagari maek belum mempunyai adat dan agama.
Ketika itulah masuknya adat minang yang dibawa dari tanah pagaruyuang sampai menyebar ke seluruh daerah. Lalu seorang raja khusus diutus kembali ke Kampar untuk membantu pembangunan candi muara takus yang tak kunjung selesai. Namun yang paling pasti dan telah didukung dengan bukti yang ada adalah kalau orang maek itu dahulu ada dari kerajaan Sriwijaya di Palembang.
Cerita tentang menhir yang ditemukan di dua daerah yang tinggi tadi ternyata juga banyak ditemui di dalam hutan yang dalam namun belum terjamah oleh tangan pemerintah. Yang uniknya adalah semua ujung monjong dari menhir itu mengarah pada gunung sagu, menurut bapak itu mungkin karena gunung sagu itu pada masa dahulu dianggap suci oleh orang dahulu.
Bukik Posuak
Dikisahkan si Rajo Ali yang pergi berburu rusa dan melepaskan anjingnya, ketika ajingnya berhasil mendapatkan hasil buruannya lalu dia mengejar anjingnya tersebut. Setelah dia menemukan anjingnya, ternyata orang lain telah terlebih dahulu mengambil rusa hasil buruan nya itu dan hanya meninggalkan sebuah pahanya saja. Dia pun marah dan melemparkan paha rusa, dengan melempar sekuat tenaga dari gunung malintang, sehingga paho rusa tersebut melewati sebuah bukit yang saat ini dinamakan bukit paho ruso , kemudian dari bukit paho ruso , paha rusa tersebut melewati sebuah bukit namun akibat paho ruso tersebut, bukitnya menjadi bolong. Sehingga membentuk sebuah lubang dan dinamakan Bukik Posuak.
Tangkuluak Rawangan
Tangkuluak rawangan hampir sama seperti cerita malin kundang namun ini versi Nagari meak yang bedanya pemeran ini adalah Pandusi (cewek). Dahulu kala tinggalah seorang gadis cantik yang hidup dalam kemiskinan. Gadis cantik ini memilki ibu yang sangat baik terhadapnya. Namun kehidupan yang susah membuat gadis ini mengeluh akan keadaanya. Sehingga gadis cantik ini meninggalkan ibunya dan tidak mengakui ibunya lagi. Pada suatu saat si gadis cantik pergi meninggakan rumah. Ketika ia hendak pergi dan sampai ditengah sawah tangkuluak nya jatuh ketengah sawah. Lalu si gadis cantik mengambil tangkuluak nya dan ketika hendak mengambilnya diapun terjatuh. Sigadis itupun tengelam bersama tangkuluaknya di sawah.
2.3.1.2 Mitos
Mitos Masjid Tuo
Mesjid tuo sekitar 8 tahun yang lalu ada seorang bapak yang sedang melintas berjalan pelan-pelan di depan mesjid itu, lalu tiba-tiba ada sebuah lemparan yang mendarat di bahu kanan nya yang ternyata segumpal darah dan membasahi seluruh tangan kanan nya. Darah itu tidak tahu dari mana asalnya karena tidak ada orang lain disekitar mesjid tersebut pada waktu itu. Namun cerita itu benar nyata terjadi karena membuat masyarakat heboh akan cerita masjid tua pada masa itu.
Gong Keramat
2 buah gong keramat yang dahulunya orang pernah melihat didalamnya terdapat ular penjaga gong itu, bunyinya berbeda dan tidak bisa dibawa keluar dari nagari maek. Gong itu merupakan hadiah dari raja Malaysia. Karena ada orang maek yang pergi berobat kesana dan membayarnya dengan cendera mata, dan tidak lama kemudian raja Malaysia itu kembali memberikan sebuah hadiah yaitu gong tersebut dan langsung diantarkan ke nagari maek. Pernah ada yang mencuri kedua gong tersebut, pada awalnya semua berjalan dengan lancar Mengakatnya dan membawa dengan motor. Namun sampainya di perbatasan maek yaitu di daerah simun, gong itu berbunyi sendiri sampai terdengar ke maek dan gong itu menjadi sangat berat sehingga tidak bisa diangkat lagi. Maka mereka meninggalkannya disana, lalu orang maek menyadarinya dan menjemput gong tersebut kembali ke maek dengan mudah. Lalu gong itu kembali disimpan di tempat yang aman. Gong itu tidak bisa digunakan pada setiap saat, hanya dipakai ketika ada upacara adat tertentu dan terlebih dahulu dimantra-mantrai oleh pawangnya yang telah mengerti akan tata cara ritualnya.
2.3.2 Bahasa, Teka-Teki dan Puisi Masyarakat Maek
Teka-Teki Rakyat
Saat ini sudah jarang terjadi interaksi antar anak-anak yang menggunakan teka-teki didalamnya. Namun masih ada yang mengunakan anak-anak di nagari maek ini mengunakan teka-teki ini. Salah satu teka-teki yang terkenal dikalangan anak-anak nagari maek yaitu :
“ Masuak sampiang”
‘’ Kalua sampiang “
Jawabannya adalah : Kancing Baju
Nyayian Rakyat
Nyanyian rakyat yang sering didendangkan saat anak-anak ingin tidur lebih kepada nyanyian rohani seperti Shalawat nabi Nyanyian ini ditujukan agar kelak si anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai jalan yang benar. Menjadi anak yang soleh dan soleha dan menjadi keinginan sesuai dengan keinginan orangtua khusunyan ibu yang merawatnya. Nyanyian yang dulunya sering di nyanyikan oeleh ibu-ibu pada saat menidurkan anaknya yaitu :
“ Nak gadih, nak bujang”
“ danga lah palito hati “
“Oi si jantuang hati”
2.4 Foklor Sebagian Lisan
2.4.1 Permainan Rakyat,Kesenian Rakyat
2.4.1.1 Permainan Rakyat
Jenis Permainan Anak Nagari Maek Payakumbuh:
- Permainan Benggo yaitu permainan dengan melempar sebuah batu yang ukurannya kecil ke salah satu petak dan melompat dengan satu kaki kearah gambar petak-petakan telah dilukis di atas tanah atau dihalaman rumahnya, dan tidak boleh melompati ke petak yang terdapat batunya. Permainan ini membutuhkan keseimbangan tubuh supaya tidak terjatuh saat melompat dengan sebelah kaki.
Gambar: permainan ‘Benggo’
- Permainan Badia Batuang yaitu salah satu permainan yang menyerupai meriam perang. Badia adalah bahasa Minang dari kata bedil, dan batuang berarti buluh atau bambu besar. Permainan ini terbilang berbahaya dan kadang mengganggu ketenangan. Berbahaya karena menggunakan minyak tanah dan api ketika memainkannya. Jika bermain di perumahan, kebakaran mungkin hal paling buruk yang akan terjadi, oleh karena itu bermain permainan ini harus dilakukan di tempat yang aman. Mengganggu ketenangan karena permainan ini akan menghasilkan bunyi dentuman yang besar, dan terkadang mengagetkan. Bagi anak-anak di nagari Maek, membuat permainan ini tidaklah rumit, hanya membutuhkan buluh yang mudah didapatkan di tempat mereka. Karena beberapa pohon buluh besar terdapat di lingkungan tempat mereka bermain. Hal yang paling rumit adalah ketika tetangga mereka terganggu dengan permainan itu, jangankan tetangga, orang tua mereka pun sering marah ketika permainan itu dimainkan saat beliau berada di rumah. Kalau orang tua marah, permainan harus dihentikan. Permainan Badia Batuang ini biasanya dimainkan ketika bulan ramadhan. Untuk mengisi waktu bulan ramadhan. Untuk mengisi waktu malam setelah sholat tarawih di masjid, kalaupun dimainkan siang hari, berarti mereka harus bermain di daerah yang jauh dari permukiman. Sehingga tidak mengganggu ketenangan.
- Permainan Tarik Tambang yaitu permainan dengan menggunakan tali yang kuat, cara memainkannya dengan mengumpulkan orang-orang dan membaginya menjadi dua kelompok, masing-masing kelompok berada di ujung tali dan diberi batasan antar kelompok dengan pita merah atau garis di lantai yaitu batasan wilayah masing-masing kelompok. Tali itu ditarik dengan tenaga yang kuat oleh masing-masing kelompok jika ada yang anggota kelompoknya yang melewati batas wilayahnya atau melewati garis pembatas kelompok saat bermain sehingga orang itu masuk ke wilayah kelompok lawannya maka kelompok itu kalah. Permainan ini membutuhkan kerjasama antar kelompok, dan kekuatan masing-masing kelompok untuk saling melindungi anggota kelompoknya supaya tidak di ambil kelompok lawan. Permainan Tarik Tambang di nagari Maek dimainkan pada musim tertentu, yaitu ketika hari lebaran (hari raya). Pada hari raya diadakan lomba tarik tambang per jorong yang biaanya dilakukan di tanah lapang di jorong Ronah. Ada 12 jorong yang terdapat di nagari Maek yaitu jorong Ronah, Limbanang, Bukit Ampar, Air Duri, Koto Tinggi, Ampang Gadang I, Ampang Gadang II, Koto Gadang, Bungo Tanjung, Sopan Gadang, Sopan Tanah, dan Nenan.
- Permainan Tali Akar / Tali PutaYaitu permainan yang terbuat dari akar kalau zaman dahulu, tapi kalau zaman sekarang sudah diganti dengan karet gelang. Cara mainnya adalah dua orang anak memegang masing-masing ujung tali nya dan anak yang lain melompat ke tengah ketika talinya di putar oleh kedua temannya dan diiringi dengan nyanyian khusus permainan tersebut. Biasanya dimainkan oleh anak perempuan.
- Permainan pistol-pistolan yaitu Main pistol- pistolan yang terbuat dari bekas papan yang digunakan untuk membuat box pengiriman barang. Permainan ini biasanya dimainkan oleh anak laki-laki.
- Permainan mobil-mobilan yaitu Bermain mobil-mobilan yang di buat sendiri. Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat mainan adalah papan, sandal jepit bekas, paku dan bambu. Papan digunakan untuk membuat bodi mobil-mobilan yang dibentuk dengan menggergaji papan dan dipakukan, sandal jepit digunakan untuk membuat roda mobil-mobilan, sumbu roda dibentuk dengan menggunakan bambu. Selain itu, bambu juga digunakan untuk membuat setir mobil-mobilan yang terhubung ke sumbu roda depan. Tangkai setir digunakan untuk menggerakkan dan mengatur arah mobil-mobilan. Tinggi tangkai setir disesuaikan dengan tinggi tangan mereka. Untuk melewatkan tangkai setir, bagian tengah depan garis dan atap mobil-mobilan harus dilubangi. Kira-kira begitulah gambaran mobil-mobilan pada saat itu.
- Permainan anggarang yaitu permainan yang terbuat dari batok kelapa dan dikasih tangkai dengan kayu, cara bermainnya kakinya diletakkan di atas batok kelapa dan memegang kayu sambil berjalan. Dan ada juga permainan yang mirip dengan itu tapi tidak menggunakan batok kelapa hanya menggunakan kayu dan tempat meletakkan kaki juga dari kayu, semakain tinggi letak tempat kakinya maka orang yang bisa menjalankan permainan tersebut akan dinilai hebat oleh orang yang melihatnya.
Gambar: permainan anggarang:
kayu
batok kelapa
2.4.1.2 Kesenian Rakyat
Pada umumnya kesenian rakyat yang ada di nagari Maek yang memiliki 12 jorong ini sama saja dengan kesenian rakyat pada nagari di Minangkabau lainnya. Nagari satu dan nagari lainnya memiliki banyak kesamaan kesenian seperti musik, tarian, nyanyian, dan lain-lain. Semua kesenian itu biasanya ditampilkan pada hari-hari besar seperti hari raya idul fitri, hari raya idul adha, hari kemerdekaan Republik Indonesia, acara sunantan, acara turun mandi anak, acara pernikahan dan hari-hari penting lainnya yang biasa diperingati oleh masyarakat nagari ini.
Akan tetapi dalam tarian nagari Maek memiliki sedikit perbedaan dalam mempersembahkan tarian yang tariannya disebut dengan tarian “Cipia”. Tari ini pada umumnya sama saja dengan tari piring yang menjadi ciri khas dari tarian yang dimiliki oleh masyarakat Minangkabau, akan tetapi dalam gerakan dan alat, tari ini memiliki beberapa perbedaan dan cerita. Dalam tari ini gerakan yang digunakan berbeda dengan tari piring pada umumnya dan properti yang digunakan terbuat dari tanah liat atau bahan pembuatan kendi. Sayangnya, tari Cipia sekarang sudah tidak terlalu diperhatikan dan dibudidayakan lagi karena kurangnya sarana dan prasarana, perhatian, serta kesempatan atau suatu kegiatan yang kira-kira bisa menampilkan dan mengembangkan tarian ini.
Menurut salah satu penghulu yang memberi kami informasi ini, kurangnya minat dari generasi muda juga merupakan salah satu faktor penyebab tarian ini akan mulai dilupakan, karena yang mempelajari dan mengenal tarian ini pada umumnya adalah generasi yang sudah tua saja, tidak ada minat yang terlihat dari generasi muda dalam suatu pengembangan dan pelestarian tarian ini.
Terlepas dari kesenian tari, nagari Maek menyimpan beberapa alat musik yang diwariskan secara turun temurun oleh leluhurnya, diantaranya adalah saluang, talempong, dan sepasang gong yang dipercaya memiliki unsur megic. Saluang dan talempong ini biasa digunakan dalam upacara-upacara adat dan acara-acara lainnya. Namun berbeda dengan sepasang gong yang biasa disebut dengan gong “jantan” yang memiliki suara yang besar dan gong “betina” yang memiliki suara yang nyaring. Gong ini dapat dibedakan dengan ukuran yang sedikit berbeda namun memiliki bentuk dan warna yang sama. Gong ini tidak terlalu dipublikasikan keberadaannya dan hanya digunakan pada acara yang dianggap sangat penting saja yaitu seperti upacara pergantian penghulu.
Masyarakat percaya bahwa gong ini memiliki penjaga, terbukti pada saat salah satu warga melihat ular yang sering kali kerap muncul diantara kedua gong ini, namun sekarang keberadaan ular tersebut sudah sangat jarang ditemui dan katanya hanya dapat dilihat oleh orang-orang tua terdahulu saja. Selain itu gong ini juga dipercaya akan berbunyi sendiri jika ada niat jahat yang akan menghampirinya, terdengar dari salah satu cerita, gong ini berbunyi sendiri pada saat akan dicuri oleh beberapa orang dan cerita ini tentunya makin memperkuat keyakinan penduduk bahwa gong ini memiliki penjaga dari nenek moyangnya. Alasan lain dari disembunyikannya gong ini dikarenakan masyarakat takut dan tidak ingin adanya penarikan hak milik dari pemerintah yang bisa saja mengakui gong ini adalah milik pemerintah. karena pada dasarnya masyarakat menyadari bahwa mereka tidak memiliki surat kepemilikan gong yang tengah berada di nagari ini. Mereka mengakui bahwa mereka mendapatkan gong ini secara turun temurun dari nenek moyang mereka yang katanya gong ini berasal dari pulau jawa. Mereka mengatakan juga jika gong ini ditarik oleh pemerintah, maka bukti atau aset kebudayaan mereka yang sangat penting ini tentunya sangat merugikan sekali karena berkurangnya kebanggaan dari kekayaan kebudayaan mereka walaupun pada dasarnya kebudayaan mereka sudah sangat kaya dengan banyaknya menh Untuk mengisi berbagai acara adat lainnya, selain tarian dan alunan musik diatas, nagari Maek memiliki kesenian silat yang sering kali ditampilkan dalam acara-acara adat. Akan tetapi seni bela diri milik masyarakat maek ini dulunya memiliki unsur yang megic pula, penghulu dari salah satu jorong yang berprofesi menadi guru di salah satu sekolah di maek ini mengatakan bahwa ada waktu yang ditentukan ketika seorang anak laki-laki yang menguasai silat tersebut menguji kemampuannya. Dalam ujiannya, anak laki-laki itu akan dibiarkan sendirian di suatu tempat dengan mata tertutup di tengah malam, jika sudah saatnya tiba maka sesosok harimau akan datang dan dirasakan keberadaannya dengan mendengar langkah kaki yang meninggalkan jejak dan dengkuran suara harimau tersebut. Setelah kehadiran harimau datang, maka akan ada ritual-ritual yang dilakukan. Ritual itu dirahasiakan karena masyarakat menganggap bahwa ritual itu merupakan sebuah budaya yang tidak perlu dipublikasikan. Tidak semua anak laki-laki harus mengikuti ritual ini, namun ada beberapa yang melakukan ritual dan menganggap akan menjadi keunggulan tersendiri setelah melakukan ritual itu. Namun sekarang ritual ini tidak dilakukan lagi, karena penduduk maek sekarang lebih bersifat logis dan mempelajari silat ini hanya sebagai ilmu untuk bela diri dan/atau sebagai kesenian saja.
Selain itu, masyarakat maek juga memiliki beberapa kerajinan yang dihasilkan sendiri oleh sumberdaya yang ada dan tangan-tangan yang memiliki kemampuan seni yang tentunya bernilai, masyarakat maek di daerah perbukitan ini membuat kerajinan dari daun pandan yaitu berupa tikar dan beberapa kerajinan lainnya. Kerajinan ini cukup dikenal dan menjadi kebanggaan penduduk karena karya yang dihasilkan nantinya akan dijual bukan saja kepada penduduk maek, tetapi juga kepada penduduk diluar nagari maek. ir-menhir yang ada di daerah mereka.
2.4.1.3 Upacara Siklus Kehidupan
Dalam Masa Kandungan
Tingkat-tingkat hidup sepanjang individu. Didalam hampir seluruh masyarakat didunia hidup idividu dibagi oleh adat masyarakatnya dalam tingkat-tingkat tertentu. Tingkat-tingkat sepanjang hidup individu yang didalam kitab-kitab antropologi sering disebut satges along the life cycle itu , misalnya masa bayi, masa penyapihan, masa kanak-kanak, masa remaja, masa purbetet, masa sesudah nikah , masa hamil masa tua dsb (Konjaraningrat, 1986:89). Didalam masyarakat maek juga mengenal namanya siklus kehidupan yang dilakukan berupa ritual dari si anak masih dalam kandungan hingga ia dewasa dan menuju ke perkawinan.
Jorong sopan tanah Nagari maek yaitu dimulai dari dalam kandungan. Ketika seorang wanita hamil , apabila masa kehamilannya sudah mencapai 6 bulan keatas itu dinamakan dengan babangka. Pada acara babangka ini induak bako sianak yang dalam kandungan ( keluarga dari pihak laki laki) membawa peralatan dan keperluan untuk si calon bayi secara lengkap dan sambil mendoakan untuk keselamatan cabang bayi.
Setelah si bayi lahir
Setelah bayi lahir akan diadakan acara turun mandi dan potong rambut itu dilakukan oleh keluarga dari pihak laki laki atau bako sianak selain itu juga ada namanya naik pantang yaitu putus tali pusar. Siapa yang tak kenal dengan sunatan dalam agama islam sunatan merupakan keharusan begitupun di nagari maek ini setelah anak semakin tumbuh besar sianak akan melakukan ritual sunatan. Namun bagi perempuan yang sudah menyelesaikan tamat baca alqur’an itu akan melakukan khatam alqur’an yaitu sukuran yang dilakukan oleh bako dan bako tersebut juga diharuskan membawa panggang ayam.
Perkawinan
Dalam acara perkawinan atau baralek juga ada yang namanya batimbang tando, tunangan, nikahan. Pada acara pernikahan induak bako juga harus membawa panggang ayam, karena itu merupakan makanan mewah yang harus disiapkan. Dalam perkawinan itu juga ada namanya alek jantan yaitu khusus dihadiri oleh kaum pria. Mereka menghadiri acara tesebut dan selanjutnya makan bajamba. Beda makan biasa dengan makan bajamba yaitu kalau ada sirih di tengah-tengahnya berarti untuk acara baralek sedangkan kalau tidak ada sirih berati hanya pengajian dan makan-makan biasa. Sebelum makan, terlebih dahulu ada yang disampaikan seperti pantun pantun adat yang disampaikan penghulu atau mamak rumah. Sampai waktunya pantun-pantun tadi sudah selesai disampaikan maka akan disilahkan untuk makan.
Setelah selesai makan mereka harus meletakkan uang sebesar Rp 10.000 kedalam tempat makan tadi. Uang itu untuk yang sedang melakukan hajatan utnuk membantu keperluan yang lainnya. Baralek biasanya dilakukan selamam 2 hari, dan juga ada yang namanya batandang yaitu mengiringi urang marapulai.
Kematian
Apabila ada kematian maka masarakat akan mengumumkan di mesjid. Selanjutnya masyarakat melayat kerumah duka sambil membawa 1 jerigen air. Namun terkhusu buat laki laki yang akan menggalikan kuburan. Masalah membawa air yang dilakukan oleh masyarakat karna sudah terbawa kebiasaan sejak dulu, karna zaman dahulu di sopan tanah krisis untuk mendapatkan air dan itu menjadi kebiasaan sampai sekarang. Orang yang ikut memandikan jenazah itu disebut bajoria. Dan orang itu biasanya dikasih piring dan beras.
Jika yang meninggal itu penghulu, maka gelarnya harus diturunkan dan ada yang menggantikannya sebelum jenazah penghulu itu dikuburkan. Kalau tidak ada kata sepakat yang didapatkan maka di jujung penghulu pucuk.
Baisanya dirumah duka dilakukan pengajian untuk mendoakan yang telah meninggal itu. Sampai 3 hari dilakukan mengaji 3 hari. Orang akan datang secara tidak berbarengan dan langsung mengambil surat untuk mengaji namun pada saat orang tersebut selesai melakukan pengajian tidak juga dipungkiri datang juga orang lain yang ingin mendoakan. Pengajian ini tidak serempak meskipun dilakukan bersama sama. Pengajian tidak berhenti hanya 3 hari saja namun ada hari-hari yang telah di tentukan seperti 7 hari, 40 hari dan 100 hari.
2.5 Foklor Bukan Lisan
2.5.1 Pengobatan Tradisional, Kuliner
2.5.1.1 Pengobatan Tradisional
Subbagian antropologi kesehatan yang kini disebut sebagai etnomedisin merupakan kepercayaan dan praktek-praktek yang berkenaan dengan penyakit yang merupakan hasil dari perkembangan kebudayaan asli dan yang eksplisit (Foster and Anderson, 2008:6). Etnomedisin merupakan pengobatan tradisional dalam masyarakat selain menggunakan pengobatan modern seperti pengobatan kedokteran dalam masyarakat. Nagari maek yang mengenal dukun, dukun ini merupakan orang yang sangat penting dalam masyarakat maek. Dalam sistem pengobatan yang digunakan oleh dukun di Nagari maek ada dua sesuai dengan etiologi penyakit menurut Foster dan Anderson, Konsep Personalistik penyakit yang disebabkan oleh agen-agen yang dengan bebrapa cara menjatuhkan kekuatan mereka atas diri para korban mereka. Agen tersebut dapat berupa makhluk manusia , manusia super, atau bukan manusia namun senantiasa dipandang sebagi makhluk yang keras hati, yang tidak bertindak sembarangan melainkan sebagai respons terhadap motif pribadi yang disadari (Glick, 1967:36 dalam Foster and Anderson, 2008:65).
Biasanya dukun dalam masyarakat maek mendapatkan ilmu dukun dari orang tuanya dan didapatkan dari proses belajar dari negari ke nagari, dari kota ke kota yang ada di daerah sumatera barat. Seperti Pasaman,Malampah,Talua,Padang Sidimpuan yang masih banyak berkaitan dengam ilmu dukun/ Ilmu Mistis. Dukun sebagai prantara antara tuhan dan jin yang ada dalam tubuh manusia yang membuat manusia tersebut sakit. Sehingga dukun disini hanya sebagai prantara yang akan mengeluarkan jin tersebut dalam tubuh manusia dengan melakukan doa kepada Allah. Dukun dalam Nagari Maek dapat menyembuhkan penyakit berupa Paruik Gadang,Kemasukan Jin, Perjodohan Orang, Pelaris, Memasukan sesuatu pada batu,Membuat orang menjadi baik, Menyembuhkan orang sakit, dan mendeteksi penyakit.
Sehingga menarik untuk dikaji satu persatu mengenai tata cara pengobatan yang digunakan oleh dukun Nagari Maek. Dikarenakan tiap-tiap pengobatan yang digunakan oleh dukun memiliki perbedaan satu sama lain :
- Kemasukan Jin, tata caranya adalah Tugas yang sangat sulit dilakukan oleh sidukun. Dikarenakan dukun akan berhadapan langsung dengn si jin sehingga resiko yang dialami sangat tinggi apabila salah sedikit (Sidukun kalah melawan Jin ) akan mengalami sakit terhadap tubuh si dukun.
- Perjodohan tata caranya adalah pelanggan akan datang dengan menyediakan foto orang yang akan di jadikan jodohya. Lalu dukun akan melakukan jampi-jampi dengan menyan dan setelah selesai si pencari jodoh akan di perintahkan untuk shalat di tempat sepi sebanyak 2 rekaat. Niatnya akan diberikan oleh si dukun. Setelah dilakukan hal tersebut orang yang ada di dalam foto akan selalu mengikuti orang yang meminta jodoh dengan dukun tadi.
- Pelaris, biasanya ini banyak diminati dalam masyarakat Nagari Maek. Bukan hanya masyarakat daerah tersebut tetapi daerah luar, pelaris ini digunakan biasanya untuk melariskan dagangan. Dukun akan memberikan jimat yang sudah dibuatnya didalam jimat tersebut terdapat yang terdapat tulisan arab.
- Mengisi sesuatu di dalam batu akik, saat ini banyak kita dengar fenomena batu akik , dimana batu akik ini memiliki kegunaan dan fungsi apabila sudah disi sesuatu yang telah di jampi oleh dukun , dimana terdapat banyak fungsi namun dalam Nagari Maek biasanya pelanggan banyak mengisi batu agar biar kelihatan muda, dan agar batu tersebut menjadi pagar diri.
- Menjadikan orang baik, biasanya ini digunakan untuk permasalahan yang terjadi dalam rumah tangga baik hubungan longgar suami istri , hubungan ibu dengan anak. Dukun akan menjampi limau puruik. setelah limau puruik dijampi dan akan diberikan kepada orang tersebut dengan cara diam-diam. Baik itu diberikan di dalam air minum atau di dalam makanan.
- Memindahkan penyakit dari tubuh manusia ke hewan
- Mendeteksi penyakit, ini yang merupakan hal unik dimana si dukun akan menampilkan kekuatanya kepada orang yang ingin mendeteksi penyakitnya. Dengan menggunakan Mangkuk yang didalamnya terdapat lingkaran bertulis arab, satu piring, satu jarum dan surat pratap pratapan tahun 1932 yang sangat langkah. Setelah menyediakan peralatan tersebut dukun akan melakukan ritualnya berupa membaca jampi-jampi. Mengguanakan surat pratap-pratapan sehingga jarum yang diletakan diatas piring tadi bergerak memutar-mutar.
Selain sebagai prantara dukun di Nagari maek juga sebagai ahli Farmakopea tradisional atau yang dikenal dengan konsep naturalistik seperti contoh untuk menyembuhkan sakit cacar. Biasanya dukun akan memberikan obat tradisional kepada pasien seperti 3 tanduk berupa tanduk kambing, Tanduk Rusa, dan Tanduk Jawi dana berbagai sakit lainya. Si pasien akan disuruh sendiri untuk mencari tumbuh-tumbuhan obat yang akan diberikan oleh dukun. Untuk pembayaran biasanya semakin sulit pengobatan maka semakin mahal. Tidak dapat dipungkiri juga terkadang dukun juga memberikan pembayaran seikhlasnya. Namun hal-hal diatas terdapat pengecualian dimana dukun di Nagari Maek tidak akan melakukan pengiriman penyakit terhadap orang yang memintanya dikarenakan dosa nya besar.
Hal-hal yang diberikan oleh si dukun biasanya akan diberikan arahan agar jimat atau benda lainya tidak boleh dilangkahi atau di bawa ke toilet.
2.5.1.2 Kuliner
Kuliner atau makanan khas nagari maek yang sering dikenal dengan sebutan gulai pongek yang terbuat dari nangka dan ikan lalai, dimana ikan lalai tersebut didapatkan dari sungai atau tobek , dengan rasa yang pedas dan gurih.
Selain makanan khas pongek di nagari maek juga terdapat makanan khas lainya seperti pepes ikan yang dibungkus dengan daun pisang, lalu dimasukan bersama rempah-rempah, biasanya ikan pepes yang digunakan ialah ikan air tawar seperti ikan lele
Makanan yang di Sajikan Sewaktu Anak Lahir dan Baralek
Ikan kaluih. Pakai cubadak dan masaknya pakai kelapa atau karambia yang banyak. Makanan tambahan lain nya yaitu ubi, agar-agar dan minum nya teh manis. Dan makanan selanjut nya ayam dan juga di masak pakai kelapa.
Makanan tradisional selanjutnya sipiluik, kalamai dalam ajik. Kalamai dalam lasuang memakai kepala tidak mudah dan tidak juga tua, bareh sipulik di rendang. Tetapi sekarang sudah jarang memakai cara tradisional sudah ada yang cepat atau pun yang instan.
Sesajian sewaktu lahir anak :
1.Pariuak tanan
2.Sarok pokan
3.Sarok balai
4.Lapik atau tikar pandan
5.Jantuang pisang
Makanan yang di sajikan sewaktu lahiran anak adalah lauk ayam, ubi, cubdak dan pongek ikan.
Sewaktu beralek paresohan :
1.Pidato paresohan
Makanan pada beralek peresohan adalah ada tampannya adalah ikan, ayam dada dan paha. Pada duduk nya tidak boleh bergerak, dan makan hanya boleh makan 3 kali saja. Dan di ganti dengan uang tidak boleh genap. Tetap makanan tradisi sewaktu beralek acara beralek adalah pongek ikan pakai cubadak. Makanan tradisi sewaktu sunah rasull adalah sagun. Jadi makanan tradisional masyarakat maek adalah pongek ikan koluih, ubi, ayam, dan sagun.
BAB 3. KESIMPULAN
Berbagai hal yang masih saat ini betahan dalam masyarakat Nagari Maek. Yang merupakan bagian dalam kehidupan. Masyarakat Nagari Maek masih memegang teguh akan adat-istiadat yang telah diturunkan sejak zaman purba. Baik itu secara asal-muasal nagari maek, kesenian maek, sitem pengobatan masyarakat maek dan berbagai hal lainya. Setidaknya dengan melihat nagari maek ini kita dapat mempelajari kehidupan masyarakat Nagari Maek. hal-hal yang berkaitan foklor , baik itu foklor lisan, sebagian lisan, dan bukan lisan.
Dengan mempelajari foklor kita akan tahu akan kehidupan masyarakat. Dimana hal-hal sejak zaman dahulu masih saja dipertahankan. Namun lama kelamaan foklor di Nagari Maek akan menghilang diakibatkan tidak terjadi turun menurun lagi dari generasi ke kegenerasi. Walaupun saat ini masyarakat Nagari Maek masih memperthankan foklor yang masih ada di ceritakan dalam masyarakat. Setidaknya kita akan tahu fungsi dan pentingnya akan foklor yang ada dalam suatu daerah. Dengan mengenal foklor daerah tersebut kita akan tahu akan adat-istiadat orang-orang setempat.
Daftar Pustaka
Foster dan Anderson.2008. Antropologi Kesehatan.
Koenjaraningrat. 1986. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. PT.Dian Rakyat