Pola Penyebaran Etnis Jawa Di Enam Desa Kec. Kayu Aro Barat Kab. Kerinci Provinsi Jambi

Etnografi Kabupaten Kerinci Kecamatan Kayu Aro Barat dan Sejarah Pola Penyebaran Etnis Jawa di Enam Desa (Patok Empat,Bedeng Dua,Bedeng Delapan,Sako Dua,Sungai Lintang,dan Kebon Baru) Kab. Kerinci Kec Kayu Aro Barat Prov. Jambi

WE are The Best

BAB 1. PENDAHULUAN 

  • Latar Belakang

Kayu Aro Barat adalah sebuah Kecamatan yang berada di Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. Kecamatan ini deibentuk tahun 2012 dari pemekaran Kecamatan Kayu Aro. Didaerah tersebut terdapat 17 Desa dan kuliah lapangan ini kami meneliti 6 Desa di Kecamatan Kayu Aro Barat yaitu Desa Patok Empat, Desa Bedeng Delapan, Desa Bedeng Dua, Desa Sako Dua, Desa Sungai Lintang dan Desa Kebun Baru. Pada Tahun 2010 tiap-tiap desa memiliki jumlah penduduk yang berbeda untuk Desa Bedeng Delapan penduduk desa ini berjumlah 1.292 jiwa, Desa Bedeng penduduk desa ini berjumlah 1.388 jiwa, Kebun Baru  penduduk desa ini berjumlah 1.124 jiwa,  Desa Sungai Lintang penduduk desa ini berjumlah 1.354 jiwa, Desa Patok Empat penduduk desa ini berjumlah 1.011 jiwa dan Desa Sako Dua penduduk desa ini berjumlah 1.583 jiwa dari seluruh penduduk dari enam desa pada tahun 2010 berjumlah 7.752 jiwa. Daerah ini merupakan daerah perbukitan dan terdapat gunung kerinci sehingga penduduk mayoritas bermata pencarian sebagai petani dan perkebunan teh. Sebagian lahan akan ada penanaman kebun kopi dalam proses pertumbuhan. Dengan kata lain masyarakat Kayu Aro mengantungkan hidupnya sebagai petani,buruh teh dan tenaga kerja di Pabrik Kebun Teh PTPN 6 untuk menafkahi hidupnya dan kaluarganya. Secara mayoritas Kecamatan Kayo Aro Barat di tingali etnis Jawa yang tinggal sejak zaman colonial belanda. Yang dilatar belakangi VOC mengirimkan orang Jawa ke Kecamatan Kayu Aro. Kabupaten Kerinci sebagai tenaga kerja kontrak yang disebut Paedah di Pabrik Kebun teh dan Kebun Kina. Sehingga membuat kami mencari tahu apa yang menyebabkan Etnis Jawa berada di Kabupaten Kerinci Kecamatan Kayu Aro Barat. Selain itu kami akan memetakan dan memberikan informasi mengenai keadaan dari enam Desa di Kecamatan Kayu Aro Barat baik mata pencarian,sitem kekerabatan,religi,kesenian,pola menetap,perkawinan dan sejarah mengenai datangnya Etnis Jawa di daerah tersebut. Untuk mendapatkan informasi tersebut kami mengunakan metode wawancara,partisipatif aktif,genologi dan Observasi.

  • Masalah Penelitian

Kecamatan Kayu Aro Barat merupakan wilayah Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi namun secara mayoritas Etnis Jawa tinggal menetap di daerah Kecamatan Kayo Aro baik hal kekuasaan mengenai sistem mata pencarian,Kesenian,pengurus desa dan bagaimana tanggapan orang kerinci mengenai etnis jawa yang tinggal di Kab Kerinci Kec Kayu Aro sehingga membuat rasa ingin tahu kami apa yang menyebabkan Etnis Jawa berada didaerah tersebut.

  • Tujuan Penelitian
  1. Mengetahui Sejarah dan Pola Penyebaran Etnis Jawa di Kecamatan Kayo Aro Barat.
  2. Mengetahui Mata Pencarian,Bahasa,Kesenian,Kepercayaan,Pola Menetap, Sitem kekerabatan dan Perkawinan Masyarakat Setempat.
  3. Mengetahui Sterotype antara etnis yang tinggal di Kecamatan Kayo Aro terutama Etnis Jawa dan Etnis Kerinci.
  4. Mengtahui cara bertani dimasyarakat Kayo Aro Barat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB 2. DESKRIPSI UMUM LOKASI

2.1 Sejarah Pola Penyebaran Etnis Jawa

            Pada tahun 1916 – 1925 datangnya colonial belanda ke Kabupaten Kerinci Kecamatan Kayu Aro Barat dengan misi menguasai rempah-rempah VOC membawa tenaga kerja dari Jawa yang sering disebut Paedah (tenaga kerja kontrak) untuk bekerja dalam penanaman Kebun teh dan kebun kina di daerah tersebut. Tahun 1925-1929 didirikan pabrik kebun teh ini yang bernama HVA dengan bahasa belanda namun masyarakat lupa kepanjangan dari nama pabrik tersebut. Pada tahun ini lah kebun teh dan kebun kina ditanam dengan seluas 3000 h yang dikenal perkebunan teh terluas di dunia. dahulunya etnis Jawa di pekerjakan di sebagai penanam dan pengurus pabrik sehingga orang Jawa menetap didaerah setempat awal mula Desa Patok Empat yang di berikan dari belanda ke orang Jawa untuk di tempati dan masing-masing warga mendapat petak-petak tanah untuk membuat rumah namun tanah tersebut hanya diberikan sebagai tempat tinggal sementara. Selepas balanda lepas dari kekuasaan terhadap Indonesa membuat orang Jawa mulai mencari tempat tinggal yang baru untuk mereka tinggali sehingga muncul pemukiman baru akibat dari perpindahan penduduk mulai muncula Desa Sako Dua, Desa Sungai Lintang dan Desa Kebun Baru dengan sistem ambil lalu tinggali membuat masyarakat mengambil tanah tanpa setifikasi tanah pada saat itu. Namun dengan laju pertumbuhan yang pesat membuat masyarakat etnis Jawa meupakan penduduk asli daerah terbut yang disebut Jawa Kerinci maksunya keturunan Jawa namun lahir di Kerinci dapat kita lihat sekarang dahulunya daerah yang penuh kebun teh dan hutan namun sekarang penuh penduduk yang mengolah lahan pertanian menjadi hasil perekonomian masyarakat setempat. Pada tahun 1930 Perkebunan teh mulai di Nasionalisasikan oleh pemerintahan Indonesia dan mulau beroperasi kembali sehingga daerah yang mulai ditetapkan pemerintah milik Negara mengakibatkan mulai timbul sistem bahawa rumah-rumah peninggalan belanda merupakan milik Negara atau milik perkebunan teh sehingga masyarakat yang tinggal di rumah tersebut adalah pegawai atau buruh namun untuk masa pensiun berumur 50 tahun membuat warga yang tinggal di daerah seperti Patok Empat, Bedeng Delapan dan Bedeng Dua harus pindah dan membeli tanah di daerah pemukiman baru seperti Desa Sako Dua, Sungai Lintang dan Kebun baru bahkan ada yang membuka lahan baru di daerah Bedeng Dua dan Patok Empat sehingga mulai masyarakat mensertifikasi hak milik tanah bahkan masih ada tanah yang tidak bersertifikasi. Tahun 1959 perkebunan menjadi BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang bernama PTPN IV Nusantara atau PT Pabrik Teh Hitam Nusantara yang mulai menghasilkan produk teh Ortodox dan pada tahun 2012-2014 mulai muncul produk baru yaitu teh CTC yang mulai di ekspor di berbagai dunia serta akan ditanam produk baru yaitu kopi.

2.2 Demografi Penduduk

2.2.1 Jumlah Penduduk

Kayu Aro Barat adalah sebuah Kecamatan yang berada di Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. Kecamatan ini deibentuk tahun 2012 dari pemekaran Kecamatan Kayu Aro didalamnya terdapat 17 Desa dan kuliah lapangan ini kami meneliti 6 Desa di Kecamatan Kayu Aro Barat yaitu Desa Patok Empat, Desa Bedeng Delapan, Desa Bedeng Dua, Desa Sako Dua, Desa Sungai Lintang dan Desa Kebun Baru. Pada Tahun 2010 tiap-tiap desa memiliki jumlah penduduk yang berbeda untuk Desa Bedeng Delapan penduduk desa ini berjumlah 1.292 jiwa, Desa Bedeng penduduk desa ini berjumlah 1.388 jiwa, Kebun Baru  penduduk desa ini berjumlah 1.124 jiwa,  Desa Sungai Lintang penduduk desa ini berjumlah 1.354 jiwa, Desa Patok Empat penduduk desa ini berjumlah 1.011 jiwa dan Desa Sako Dua penduduk desa ini berjumlah 1.583 jiwa dari seluruh penduduk dari enam desa pada tahun 2010 berjumlah 7.752 jiwa.

2.2.2 Keadaan Alam  dan Iklim

Daerah yang berhawa sejuk dan terletak di sepanjang bukit barisan ini juga terkenal dengan pesona alam yang unik dan indah, diantaranya adalah Danau Kerinci dan Gunung Kerinci, dan lainnya. Daerah ini juga memiliki budaya yang kaya, bisa dilihat dari kenyataan bahwa hampir setiap desa memiliki ciri khas logat bahasa tersendiri yang berbeda antara satu desa dengan desa lainnya, meskipun desa itu sangat berdekatan. Sakti Alam Kerinci adalah sebutan lain dari Kabupaten Kerinci. Pun, Kerinci dikenal dengan julukan Sepenggal Tanah Surga, sebutan ini merefleksikan betapa Wilayah Kerinci memiliki panorama yang sangat memukau. Gunung Kerinci puncaknya berada pada ketinggian 3.805 meter di atas permukaan laut (dpl), merupakan gunung berapi aktif tertinggi di Indonesia. Sementara itu, di kaki Gunung Kerinci terhampar perkebunan teh yang luas menghijau milik PTPN VI Kayu Aro. Pesona alam lainnya adalah Bukit Khayangan, Danau Belibis, Danau Lingkat, sumber air panas Semurup hingga Air Terjun Telun Berasap.

Diantara potensi wisata yang ada, Danau Gunung Tujuh dikenal memiliki daya tarik yang luar biasa. Berada pada ketinggian 1.950 meter dari permukaan laut. Danau Gunung Tujuh merupakan danau tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Danau yang oleh sebagian warga sekitar disebut juga dengan nama “Danau Dewa” ini memiliki luas sekitar 12km dengan kedalaman maksimal 40 meter, dikelilingi oleh gunung vulkanik yang memiliki tujuh puncak, sedangkan puncak tertinggi berada pada ketinggian 2.732 meter dpl. Tak hanya itu, Danau Gunung Tujuh merupakan danau kaldera yang bukan saja memiliki keindahan dan geomorfologi yang luar biasa. Beberapa kalangan meyakini danau ini sebagai “radiator” yang menjadi pendingin Gunung Kerinci, karena letaknya yang berdekatan. Setiap orang memang terkagum-kagum dengan pesona alam Kerinci yang memukau. Ditambah lagi dengan ritual adat dan kesenian khas daerah ini seperti sike rebana, tari rangguk dan yang paling populer saat ini adalah tari rentak kudo yang merupakan tarian massal yang selalu hadir dalam berbagai perayaan masyarakat setempat, menambah pesona daerah ini. Sehingga penyair-penyair setempat sering menyebutkan Kabupaten Kerinci dengan sebutan “Sepenggal Tanah Surga Yang Dititipkan Di Bumi”.

Dengan kata lain, Kerinci memiliki potensi pariwisata yang sangat besar, hanya saja infrastruktur yang mendukung program pariwisata tidak tersedia secara baik. Di tingkat pasar pariwisata domestik wisata Kerinci belum menjadi tujuan pokok masyarakat, apalagi di tingkat Internasional. Tahun 2008 adalah tahun “Visit Indonesia Year” yang dicanangkan oleh Pemerintah Pusat, tentu saja pencanangan itu diikuti dengan promo secara besar-besaran. Seharusnya tahun ini menjadi tahun yang sangat strategis bagi Pemerintah Kerinci untuk memaksimalkan potensi pariwisatanya. Di atas semua itu, ditinjau dari segi kesuburan tanah dan luas lahan, Kabupaten Kerinci dikenal sebagai daerah pertanian yang sangat potensial dengan tanaman primadona yaitu kayu manis (Cassiavera) untuk bidang perkebunan dan padi (Oriza Sativa) untuk tanaman pangan. Pemerintah Kabupaten Kerinci juga telah melakukan kerjasama dengan PT Pertani dan juga BATAN guna mengembangkan potensi pertanian berbasis teknologi tinggi.

 

 

 

2.3 Temuan Data

2.3.1 Sistem Mata Pencarian,Sistem Kekerabatan dan Hak Harta Waris

            Sistem mata pencarian masyarakat Kec. Kayu Aro Barat rata-rata sebagai petani,pegawai pabrik dan buruh pabrik, dalam hal pemerintahan sudah banyak hal yang tercampur dari etnis lain seperti dari etnis Kerinci,Minangkabau, dan Medan seperti menjadi seorang guru, kepala desa, dan subtansi-subtansi yang terdapat di Kecamantan tersebut. Menegenai sistem kekerabatan akan mempengaruhi hak harta waris namun saat ini telah mengalami perubahan dimana percampuran antar budaya mengakibatkan sistem kekerabatan dalam empat etnis tersebut berpedoman sistem kekerabatan etnis Jawa untuk lebih mendetailnya lagi akan dibahas lebih jelas dibawah ini baik sistem pencarian dan sistem kekerabatan daerah Kecamatan Kayu Aro Barat.

  • Peternakan

Masyarakat disana selain berpenghasilan sebagai bertani namun terdapat juga sebagai berternak dengan memanfaatkan waktu luang untuk merawat hewan ternak. Hewan-hewan yang diternak seperti ayam,entok(Bebek) ,kambing,dan sapi biasanya dengan mearawat heawan tersebut maka masyarakat tidak perlu lagi untuk membeli kepasar bahkan ada yang menjualnya di pasar. Dulunya masyarakat banyak menternakan sapi sehingga dulunya setiap warga bisa memiliki lebih dari 5 sapi namun sekarang warga yang meneternakan sapi semakin sedikit.

  • Pertanian

Pertanian merupakan penghasilan sehari-hari masyarakat disana setiap pagi baik istri,suami dan anak laki-laki yang sudah besar pergi keladang sehingga situasi desa menjadi sepi akibat masyarakat pergi keladang. Namun akibat si istri yang pergi keladang mengakibatkan anak yang berumur 2 bulan sudah ditinggal oleh ibunya dan terkadang dititipkan ke penitipan babu anak (dalam bahasa zaman Belanda dulu istilanya sekarang tempat penitipan bayi)bagi pegawai pabrik teh maupun buruh teh. Keseharian orang Jawa sebagai pekerja keras diladang membuat hasil pertanian yang berkualitas didaerah sana dengan bukti masyarakat dapat menjual produknya ke luar daerah bahkan mancanegara. Namun sayangnya dengan focus bertani mengakibatkan pendidikan anak di daerah Kec Kayo Aro Barat selepas tamat SMA kebanyakan langsung menikah.

  • Pegawai Pabrik Teh dan Buruh Teh

Seorang pegawai dan buruh pabrik dulunya didatangkan dari belanda dari pulau Jawa Ke daerah Kabupaten Kerinci khususnya daerah Kec. Kayu Aro Barat dengan dipekerjakan dipabrik atau sebagai buruh teh dulunya tenaga kerja nya adalah sistem kerja kontrak dari belanda selama 5 tahun yang di sebut Paedah. Namun pada tahun 1959 Perusahan pabrik teh telah dinasionalisasikan oleh Negara menjadi BUMN sehingga sistem dalam pengaturan menjadi tenaga kerja telah berubah. Saat ini banyak tenaga kerja yang didatangkan dari luar daerah seperti Orang Minangkabau,Orang asli Kerinci dan Orang Medan. Namun bukan berarti etnis lain yang banyak bekerja di pabrik teh namun Orang Jawa pun masih di trans kan ke Pabrik sehingga masih kelihatan mayoritas orang Jawa sebagai buruh pabrik dan menduduki posisi penting dalam  ketenaga kerjaan.

  • Berdagang

Berbeda pula dalam hal berdagang secara mayoritas masalah berdagang dikuasai oleh orang Minangkabau dan Cina.

  • Sistem Kekerabatan dan Hak Harta Waris

            Dalam Masyarakat Kerinci memiliki kesamaan dalam sistem kekarabatan Matrilinial Minangkabau. Seorang anak perempuan mendapatkan seluruh harta warisan. Bedanya dalam Kecamatan Kayu Aro Barat yang secara mayoritas penduduk nya orang Jawa dan sebagian orang Minagkabau,Batak,dan asli orang Kerinci mengakibatkan sistem kekerabatan dipengaruhi oleh kekerabatan Parental masyarakat Jawa, seperti informan yang didapatkan dari etnis Batak diman sistem kekerabatannya adalah Patrilinial menjadi pembagian nya diberikan secar rata kepada seluruh anak-anaknya. Dalam masyarakat Jawa sistem kekerabatan Parental atau Bilateral mengakibatkan hak harta waris diberikan secara rata kepada anak-anaknya namun terdapat pengecualian anak bungsu lah yang mendapatkan lebih banyak dari pada anak yang di atas dari anak bungsu dikarnakan pada anak bungsu akan menjaga rumah yang di tinggal kan oleh orang tuanya.

2.3.2 Streotype Antar Etnis di Kecamatan Kayu Aro Barat

Pengetahuan yang ada  dalam kebudayaan masing  masing suku bangsa adalah pengetahuan mengenai diri atau sukubangsa mereka maisnng-masing ,konsep-konsep yang ada dalam kebudayaaan mengenai sukubangsanya dna mengenai sukubangsa-skubangsa yang hidup bersama dalam sebuah masyarakat adalah pengetahuan yang penuh dengan keyakinan-keyakinan mengenai kebenaranya yang subyektif.yaitu kebenaran subyektif mengenai cirri-ciri sukubangsa-sukubnagsa lainya.konsep-konsep yang subyektif yang ada dalam kebudayaan tersebut dinamakan stereotip,dan stereotip dapat berkembang menjadi prasangka ,sebuah stereotip mengenai sesuatu sukubangsa itu muncul dari pengalaman seseorang atau sejumlah orang yang menjadi anggota sebuah sukubangsa dalam berhubungan dengan para laku dari sesuatu sukubangsa tersebut(Parsudi suparlan, 2005:27). Kedatangan etnis lain dan pandangan masyarakat etnis jawa terhadap etnis lain. Di kec.kayu aro ,terkhusunya kayu aro barat di mayoritasi oleh masyarakat jawa tetapi ada juga etnis lain seperti minang,batak,cina.kedatangan masyarakat minang ke kayu aro barat berawal dari berjualan nasi, sedangkan etnis batak asal mula nya datang karena berjualan ikan asin,dan sementara etnis cina nya sendiri datang ke kayu aro barat karena mencari pekerjaan sehinnga berkelana dan menetap di kec.kayu aro. Karena di dasari asal mula datang nya  etnis lain tersebut sehingga sampai saat ini sangat terlihat sitem pembagian kerja nya,yang mana pembagian kerja nya seperti masalah ladang dan perkebunan di ambil alih oleh etnis jawa sedangakan masalah perdagangan dan berjualanan di dominasi oleh oleh etnis Minang,Cina dan ada juga bebrapa dari etnis Batak. Yang menyebakan banyak tenaga kerja buruh pabrik dikuasai oleh orang Jawa dikarnakan dulunya stereotype orang Kerinci adalah orang yang malas, tidak mau bekerja keras dan tidak mau sekolah.

Pandangan (stereotype) etnis Jawa terhadap suku Bangsa lain bisa di katakan etnis ini mengambil sisi positifnya  dari etnis bangsa lain, seperti hal nya mereka mngambil pemikiran dari orang Minangkabau dari cara bertindak nya dari etnis Batak yang memiliki etos kerja nya memang di akui sedangkan etnis Jawa sendiri yang memiliki ketekunan dalam bekerjanya, dari semua kelebihan dari etnis bangsa lain tersebut etnis Jawa sudah mengkabolarisakan semuanya untuk di contoh dan di budayakan di derah Kecematan Kayu Aro Barat.

2.3.3 Tata Cara Pertanian Masyarakat Kayu Aro Barat

            Selain menawarkan pemandangan dan kesejukan udaranya, disekitar perkebunan teh juga merupakan tempat yang sangat bagus untuk bercocok tanam. Mayoritas masyarakatnya adalah petani. Hasil pertaniannya seperti Kayu Manis,kentang, cabai, kopi, kol, wortel, dan berbagai macam sayur-mayur lainnya serta buah-buahan. Yang sudah menembus pasar local dan dunia yang di ekspor ke beberapa negara tetangga.

Gambaran tentang cara penduduk Jawa bercocok tanam pada masyarakaat Jawa Kayu Aro Barat Kabupaten Kerinci. Cara masyarakat Jawa bercocok tanam dengan baik yang dapat berbuah hasil yang memuaskan dengan cara selalu merawat sayur-sayuran atau buah-buahan yang ditanam, seperti hal biasa dalam masyarakat di pulau jawa dengan memperhatikan jenis tanah, pengunaan pupuk , membersihkan hama dan menyiram tanaman. Pada masyarakat Jawa umumnya menanam kentang dalam proses penanaman yaitu mengemburkan tanah dan setelah diemburkan akan didiamkan selama tiga minggu agar hasilnya lebih baik kemudian kentang akan ditanam selain itu  masyarakat Jawa membuat musa tanaman, musa tanaman ini berguna untuk menjaga masuk nya air tidak terlalu banyak dan bertujuan agar kentang yang ditanam itu dapat berbuah hasil yang memuaskan serta tanaman tersebut berkualitas. Setelah selesai menanam biasanyn membiarkan kentang yang sudah ditanami itu dan menunggu selama 4 bulan untuk menunggu hasil dari kentang yang di tanaminya. Kita bisa mampir langsung ke kebun warga jika ingin membeli hasil pertaniannya, ataupun bisa langsung ke pasarnya,yaitu Pasar Bedeng Delapan yang ramai pada hari Minggu dan juga Pasar Gersik Tuo pada hari Jumat. Dipasar-pasar ini kita akan mendapatkan buah dan sayur segar dengan harga yang cukup murah.

2.3.4 Kesenian

`           Pada umumnya di kerinci karena mayoritas orang Jawa, maka kesenian orang Jawalah yang lebih terlihat seperti  budaya yang masih ada antara lain yaitu kesenian kuda kepang, reog pono rogo, campur sari, wayang dan sebagainya yang masih kental. Akan tetapi masyarakat Kayu Aro juga tidak mengabaikan kebudayaan pribumi, bahkan kedua kebudayan sudah berjalan bersama.. Pewarisan Kesenian orang  Jawa seiring zaman berlalu sudah mulai luntur dikarenakan peminat dari generasi muda di  Kerinci, Kayu Aro Barat sudah mulai kurang dan pengajar dari kesenian tersebut sudah pada usia tua. Dalam kesenian juga terlihat rasa solidaritas antara orang Jawa dengan Penduduk Lokal setempat,seperti pencampuran dalam kesenian. Disini mereka walaupun berbeda namun dalam hal kesenian mereka selalu berkaitan satu sama lain.

2.3.5 Bahasa

Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan penduduk bersuku bangsa Jawa di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Selain itu, bahasa Jawa juga digunakan oleh penduduk yang tinggal di beberapa daerah lain seperti Banten (terutama Serang, Cilegon, dan Tangerang) serta Jawa Barat (terutama kawasan pantai utara yang meliputi Karawang, Subang, Indramayu, dan Cirebon). Untuk masyarakat yang tinggal di daerah Kecamatan Kayu Aro Kabupaten Kerinci terdapat banyak keturunan dari Jawa Tengah,Jawa Barat dan daerah pulau Jawa lainya sehigga bahasa-bahasa sehari-hari yang digunakan adalah Bahasa Jawa baik penduduk yang bukan etnis Jawa seperti orang Minangkabau,Medan, dan penduduk asli orang Kerinci telah bisa menguasai bahasa Jawa bahkan berbicara pasih berbahasa Jawa.

2.3.6 Pola menetap

            Awal sejarahnya penduduk asli Jawa diberikan tempat tinggal di sekitar kebun teh yang saat ini dinamakan Desa Patok Empat namun karena masa pensiun atau karna pernikahan mengakibatkan masyarakat Jawa butuh tempat tinggal yang baru. Sepanjang pengetahuan para sarjana antropologi dalam masyarakat didunia ada paling sedikit tujuh kemungkinan adat menetap sesudah nikah yaitu Adat utrolokal, yang memberi kemerdekaan kepada tiap pengantin baru untuk menetap sekitar pusat kediaman kaum kerabat suami atau disekitar pusat kediaman kaum kerabat isteri, Adat Virilokal yang menentukan bahwa pengantin baru menetap sekitar pusat kediaman kaum kerabat suami, Adat uxorilokal yang menentukan bahwa pengantin baru menetap di sekitar kerabat isteri, Adat bilokal yang menetukan bahwa pengantin baru harus tinggal berganti-ganti pada suatu masa kediaman kerabat laki-laki dan pada lain masa tertentu sekitar pusat kediaman kaum kerabat perempuan, Adat neolokal yang menentukan bahwa pengatin baru tinggal di tempat sendiri di kediaman baru, Adat avunkulokal yang menentukan bahwa pengantin baru tinggal menetap sekitar tempat kediaman saudara laki-laki ibu, Adat natolokal yang menentukan bahwa pengantin baru tinggal terpisah , suami disekitar kerabatnya sendiri begitu juga istrinya (Koentjaraningrat, 1985:103). Dalam masyarakat Jawa disana kebanyakan tinggal disekitar orang tua atau membuka lahan baru untuk tinggal.

 

 

 

 

 

BAB 3. KESIMPULAN

            Setiap masyarakat memimiliki kebudayaan yang berbeda-beda khusunya di indonesia Negara yang mejemuk terdiri beberapa pulau dan memimiliki banyak etnis dan variasi kesukubangsaan dan harus disatukan oleh peraturan nasional agar tidak terjadi konflik antar etnis. Selain itu ciri-ciri bahasa,sistem kekerabatan,ciri-ciri penotif,kesenian dan etos kerja akan ditunjukan suatu etnis untuk memperlihatkan kesukubangsaanya namun kesukubangsaan tersebut mulai dipengaruhi atau di ambil oleh etnis lain yang lebih mendominan atau lebih mayoritas untuk menjadi budayanya. Kecamatan Kayu Aro Barat Kabupaten Kerinci merupakan salah satu tempat yang sangat bersejarah mengenai penjajahan Belanda mengakibatkan Etnis jawa menjadi penduduk asli daerah tersebut dengan dahulunya menjadi tenaga kerja yang disebut Paedah. Dengan laju pertumbuhan yang cepat mengakibatkan orang Jawa membuka lahan baru pada masa penjajahan telah berakhir yang membuat orang Jawa menjadi lebih banyak daripada orang kerinci sendiri khususnya daerah Kecamatan Kayu Aro Barat. Namun tidak berkemungkinan dengan banyaknya orang Jawa menjadi penduduk asli didaerah tersebut memungkinkan orang Kerinci merasa tidak nyaman akan SDA daerah mereka di kuasai oleh orang Jawa. Dengan tanggapan informan mengenai adanya orang jawa akibat penjajahan belanda mengakibatkan orang Kerinci menerima orang Jawa tinggal didaerah tersebut. Selain itu sifat ramah tamah orang-orang jawa dan etos kerja orang Jawa mengakibatkan orang Kerinci menerima untuk bersosialisai antar etnis. Mengenai etos kerja orang jawa yang yang tekun mengakibatkan daerah tersebut menjadi hutan ladang yang ditanami berbagai sayur-sayuran dan buah-buahan mengakibatkan daerah ini menjadi Kecamatan yang hijau.

 

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

Suparlan, Parsudi. 2005. Sukubangsa dan Hubungan Antar Suku Bangsa.Jakarta :YPKIK.

Koentjaraningrat. 1985. Beberapa Pokok Antropologi Sosial.Jakarta. Dian Rakyat

http://keckayuaro.kerincikab.go.id/tentang-kerinci. Kam, 20/02/2014 – 00:44.

2 respons untuk ‘Pola Penyebaran Etnis Jawa Di Enam Desa Kec. Kayu Aro Barat Kab. Kerinci Provinsi Jambi

Tinggalkan komentar